MEMBANGUN KESADARAN LINGKUNGAN MELALUI SASTRA BANJAR: STUDI KASUS TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KALIMANTAN SELATAN
DOI:
https://doi.org/10.36277/basataka.v8i1.606Keywords:
Sastra, Banjar, Studi, Kasus, Perubahan, IklimAbstract
Kawasan di Kalimantan Selatan terbagi menjadi kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kondisi lingkungan masyarakat Kalimantan Selatan saat ini., (2) mengetengahkan peran sastra Banjar dalam membangun kesadaran lingkungan di Kalimantan Selatan., (3) mengetahui bagaimana sastra Banjar merepresentasikan dampak perubahan iklim di Kalimantan Selatan., (4) memaparkan strategi yang dapat dilakukan untuk lebih memanfaatkan sastra Banjar dalam kampanye kesadaran lingkungan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, lokasi penelitian di Kalimantan Selatan dan menggunakan sumber data dari kumpulan cerpen, puisi dan wawancara kepada sastrawan Kalimantan Selatan. teknik analisis data peneliti melakukan beberapa tahap awal seperti melakukan transkip atau pemindahan bahasa dari bahasa lisan ke bahasa tulis dan melakukan terjemahan bahasa dari bahasa Banjar ke bahasa Indonesia. Selanjutnya analisis data dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu 1) melakukan pengklasifikasian data sesuai fokus penelitin; 2) melakukan interpretasi data; 3) melakukan analisis data sesuai dengan fokus penelitian berupa konsep fakta, kebudayaan, dan nilai-nilai kehidupan yang ada di dalam kata, kalimat, dan dialog dalam pementasan sastra Banjar; 3) menarik simpulan berdasarkan hasil temuan penelitian. Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) kondisi lingkungan masyarakat Kalimantan Selatan saat ini baik cerpen, puisi dan wawancara kepada sastrawaan Kalimantan Selatan, ditemukan jawaban bahwa kondisi Lingkungan saat ini mengalami banyak perubahan dan kerusakan akibat perubahan iklim dan perkembangan zaman, seperti jalan raya yang penuh dengan lubang, air Sungai yang tercemar, persawahan yang mulai sempit lahannya karena banyaknya bangunan yang didirikan, dan juga banyaknya tambang illegal (tanpa izin) hingga menyebabkan kerusakan Lingkungan, (2) peran sastra Banjar dalam membangun kesadaran lingkungan di Kalimantan Selatan. Sastra banjar memiliki peran dalam membangun kesadaran Lingkungan dari subjek yang diteliti yakni cerpen, puisi dan wawancara. Ditemukan simpulan bahwa karya sastra berusaha mengetengahkan pesan kepada pembaca agar memiliki kepekaan terhadap perubahan iklim di Kalimantan Selatan, (3) Sastra Banjar merepresentasikan dampak perubahan iklim di Kalimantan Selatan. Representasi dampak perubahan iklim di Kalimantan Selatan disampaikan melalui dampak-dampak yang dirasakan Masyarakat, sehingga dengan adanya dampak yang dirasakan maka Masyarakat dapat melakukan pencegahan terhadap berbagai dampak yang telah diutarakan. (4) Strategi yang dapat dilakukan untuk lebih memanfaatkan sastra Banjar dalam kampanye kesadaran lingkungan.
References
Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan XVI Tanah Bumbu. 2019. Semerbak Hutan Seharum Ombak. Banjarmasin: Tahura Media
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Astuty, Sri. (2022) Komunikasi Bencana, Kearifan Local dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Memanfaatkan Potensi Lahan Basah di kalimantan Selatan: Banjarmasin. Fisip ULM.
Buell, L. (2005). The Future of Environmental Criticism: Environmental Crisis and Literary Imagination. Wiley-Blackwell.
Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Dananjaya, James. 1984. Folklore Indonesia. Ilmu Gosip, Dongeng dan LainLain. Jakarta: Grafiti Press.
Endraswara, S. (2016) Sastra Ekologis. Yogyakarta: CAPS.
Endraswara, S. (2016). Metodologi Penelitian Ekologi Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Ganie, (2006). Pintu Masuk ke Rumah Sastra Banjar. Banjarmasin: Rumah Pustaka Foklor Banjar.
Garrard, G. (2012). Ecocriticism: The New Critical Idiom. Routledge.
Harpriyanti, H. & Noor Indah Wulandari. (2024). Mamanda sebagai Wahana Pendidikan Budaya (Kajian Etnopedagogi). Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 10(1), 43-58.
Heise, U. K. (2016). Imagining Extinction: The Cultural Meanings of Endangered Species. University of Chicago Press.
Kariyanto, Agustad & Arsi, Ali Syamsudin. (2024) Jelajah Sungai Menyapa Alam Barito. Banjarmasin: Penerbit Artikata
Nurgiyantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pachauri, R. K., & Meyer, L. A. (Eds.). (2014). Climate Change 2014: Synthesis Report. Contribution of Working Groups I, II and III to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Cambridge University Press.
Pradopo, R. D. (2013). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setiawan, Irza dkk. 2014. Durian Lampini. Amuntai: CV Hemat
Smith, P., Bustamante, M., Ahammad, H., et al. (2018). Climate change and land use. Science Advances, 4(3), 1–15.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Tarigan, H.G. (2011). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Wiyatmi. (2009). Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Zakaria, Indra. (2023, 26 April). Dampak Perubahan Iklim Banua. Portal Berita Kalimantan online.
Zed, M. (2018). Tentang konsep berfikir sejarah. Lensa Budaya: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Budaya, 13(1).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Noor Indah Wulandari, Haswinda Harpriyanti

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.