@article{Prasetya_2018, title={ANALISIS PERCAKAPAN MONOLOG PADA ACARA STAND UP COMEDY METRO TV}, volume={1}, url={https://jurnal.pbsi.uniba-bpn.ac.id/index.php/BASATAKA/article/view/17}, DOI={10.36277/basataka.v1i1.17}, abstractNote={<p>Percakapan melibatkan dua orang yakni pembicara (speaker) dan pendengar <em>(interlocutor)</em>. Bahasa humor dalam acara <em>Stand up Comedy</em> menyampaikan pikiran atau informasi yang berupa masalah cinta, musik, keluarga, sosial, dan lain sebagainya. Dalam humor, bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi melanggar maksim-maksim komunikasi. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan bagaimana percakapan dalam humor acara <em>Stand Up Comedy </em>dan menemukan alasan dibalik penggunaan bahasa humor yang melanggar maksim-maksim dalam sebuah percakapan. Para <em>comic</em> dalam acara <em>Stand Up Comedy</em> sering kali memendekkan kata. Sob (sobat/sahabat), gada (tidak ada), man (kawan), KW (kayak wanita) dan sebagainya. Ragam akrab yang digunakan ditandai oleh adanya hubungan akrab misalnya penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek dengan artikulasi yang sedikit kurang jelas. Ragam ini digunakan untuk mengakrabkan <em>comic</em> sebagai pembicara dengan pemirsa setia <em>Stand Up Comedy. </em>Penyimpangan maksim percakapan, maksim kesopanan, dalam rangka menciptakan humor yang dilakukan lewat pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan. Wacana humor yang diambil termasuk ke dalam wacana monolog. Dengan adanya analisis ini kita bisa melihat adanya penyimpangan dalam pemakaian bahasa, yang dapat mengecoh para penikmat atau pendengar. Sebagai penikmat dan pendengar harus senantiasa selektif dan tanggap dalam memahami sebuah topik pembicaraan sehingga maksud yang ingin disampaikan <em>comic</em> dapat tersampaikan dan bisa dimaknai secara keseluruhan.</p>}, number={1}, journal={Jurnal Basataka (JBT)}, author={Prasetya, Kiftian Hady}, year={2018}, month={Jun.}, pages={11–21} }